"SELAMAT DATANG DI RUANG SEDERHANA INI..........
ruang tempat seorang anak desa menulis, merangkai &
ingin meraih impian...yang bukan sekadar mimpi....
"

"Mujahid adalah tanda semangat..
bukan semata pedang yang terangkat...,
Mujahid adalah tanda cita dan cinta yang suci...
dan bukan sebuah menara tinggi duniawi..."
Latest Posts

Minggu, 15 Oktober 2017

Alhamdulillah Saya Sudah Berdagang, Kamu Kapan Ya Shob...?






Tak terasa sudah dua tahun diri ini mengajukan pengunduran diri dari sebuah perusahaan itu. Lucu tapi nyata, khawatir tapi berani, sedih tapi bahagia dan berbagai perasaan lain yang mendera…intinya rasa yang tak akan pernah dirasakan oleh selain orang yang nekad memutuskan diri untuk mengarungi dunia yang berbeda.

Dua tahun sudah diri ini rasakan, beginilah menjadi seorang pedagang. Ini bukan soal apa yang diperdagangkan, tapi soal banyaknya rasa dan fikiran yang ternyata jauh berbeda setelah “nyemplung” di dunia yang berbeda.
Berbekal “historis” dagangan 10 buah yang cepat (10 bulan) “disambi” masih bekerja….kemudian ternyata pas sudah keluar kerja pernah merasakan dagang 1 buah baru laku dalam 1 tahun. Tak terbayang…tapi Alhamdulillah ada ALloh yang tak pernah tidur “memperhatikan” hambaNya.

Dagang…yah itulah seninya. Ada tawakal di sana, ada harapan di sana, ada “sport jantung” di sana. Yah singkat kata pengalaman yang masih hangat, kemarin sempat dagang kambing qurban, bagaimana rasanya sudah berbelanja kambing jauh-jauh dari Jakarta ke Wonogiri tapi belum dapat lapak tempat dagang? Bagaimana pula rasanya kalau H-4 kambing masih ada 31 ekor (dari 50 ekor), padahal tidak punya kandang untuk menampungnya? Bagaimana pula rasanya kirim kambing dari pagi jam 8 baru selesai besoknya shubuh (keliling Depok, Bekasi, Pulo Gadung, Cakung, Cijantung dsb)? Bagaimana pula ketika H-1 mendengar kabar dari lapak (diri ini sedang kirim kambing) bahwa kambing sudah habis terbeli?? Ah…rasanya sulit ya untuk diceritakan di tulisan ini. Karena banyak rasa yang tak mungkin terwakili hehe.

Dagang…yah begitulah rasanya. Apalagi ada saja yang “mencibir”…, “tuh panggih jualan kambing karena jualan rumah gak laku-laku pasti” yah gitulah kira-kira yang masih terekam dari info yang bisa dipercaya. Duh…gimana ya rasanya?
Ah…sudahlah yang jelas dengan berdagang diri ini merasakan banyak manfaatlah di antaranya : mengasah rasa tawakal pada Sang Pemberi Rezki, menambah kreatifitas, menambah teman, dan Alhamdulillah menambah lapangan pekerjaan dan menghidupkan sektor bisnis yang lain.., tak usah jauh-jauh kemarin pas saya dagang kambing, Alhamdulillah ada temen yang bisa mengsub cari pakan, nyewain pick up, bakso sebelah laku hehe….dsb.


Jadi untuk kamu saudaraku yang sudah lama pingin jadi pedagang sudahlah segera kuatkan tekad ya..! hehehe. Jangan kebanyakan teori dan kata sih tapi lho ya. Saya tunggu di lembah perjuangan ya hehe.

Tapi bagi saudaraku yang ingin terus berkarir di perusahaan, di tempat kerja ya tidak ada salahnya juga lho ya…, yang penting sekali adalah terus beriman dan nambah iman. Jadi mohon jangan salah paham atau berprasangka ya…kalau tulisan ini sekesan memprovokasi.

Yah tulisan ini dituangkan sebagai aktivitas sebelum tidur saja…, “merayakan” 2 tahunku daaan sebagainya. 2 tahun semoga semakin lurus niat diri ini bahwa ini bagian dari sunnah Nabi, semakin bertambah rasa tawakal semata-mata hanya pada Alloh.


Terakhir diri ini sampaikan…., Alhamdulillah aku sudah berdagang, lalu kamu kapan shob?
read more...

Jumat, 28 Juli 2017

Mbah Senthon



Mungkin tidak ada yang istimewa melihat kakek ini. Sekilas hanya seorang kakek sedikit bergaya dengan kacamata dan topi koboinya yang gemar menghisap rokok.

Namun inilah kakek yang tangguh penuh inspirasi bagi saya. Senja usia baginya seakan tak ia hiraukan. Masih saja nampak dengan gagah di kerumunan sapi-sapi dan hiruk pikuknya jual beli.

Sewaktu kecil dialah seseorang yang selalu saya nantikan di siang hari saat sedang istirahat sekolah. Sekolah Dasar yang berada di pinggir jalan raya waktu itu. Saat istirahat sambil menyaksikan banyaknya kendaraan yang lalu lalang. Bahkan saat itu ada perlombaan menghitung kendaraan yang lewat.

Jika telah minggir sebuah sepeda motor CB putih dengan pengendara bertopi koboi berkaca mata hitam....maka dialah yang kunanti. Mreneo le..." panggilnya. Setelah mendekat diambilah selembar uang dari kantongnya. Dengan penuh ceria pun aku menerima dan kembali ke sekolah. Dan CB putih pun berlalu melaju...., dialah Mbah Senthon yang pulang dari berdagang.

Dagangannya variasi....tergantung pasar. Kadang dagang Semangka, Melon, kadang juga ikan kali. Dan yang yang sampai sekarang masih digeluti adalah dagang sapi.

Dialah laki-laki yang mengajarkan dagang ikan kali kepada ibu saya. Yang alhamdulillah sampai saat ini ibu masih geluti juga di pasar.

Setiap kali liburan sekolah...tempat favoritku tiada lain hanyalah rumahnya. Karena semua istimewa. Dari makanan pasar yang lengkap, jambu bangkok yang bergelantungan di depan rumah, gamelan jawa yang setiap saat bisa dimainkan, atau asiknya bermain kartu dengan Mbah Senthon kala itu. Atau lukisan indah hasil karyanya yang dia goreskan di papan-papan kayu dinding rumahnya. Semua masih melekat di mata...,

Dan hari ini masih kusaksikan sosok tegar itu...
Dan hari ini masih kusaksikan gagah optimisnya di tengah rentanya

Semoga Alloh memanjangkan usiamu dan usiaku dalam ketaatan ya mbah..
Kaulah inspirasi....kaulah motivasi...
Semoga darah bisnismu mengalir dalam berkahNya di tubuhku ya mbah...
Salam kangen selalu dari cucumu....








(Perjalanan dari Wonogiri ke Solo Balapan).
read more...

Rabu, 30 November 2016

UNTUK APA KITA DICIPTAKAN? (Khutbah Jum'at di Apartemen Salemba)

UNTUK APA KITA DICIPTAKAN?

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…




















Jama’aah sholat jum’at yang dirahmati Alloh,
• Yang utama dan pertama sekali marilah kita ucapkan dan ungkapkan kesyukuran kita kepada Allohu ta’ala yang sampai saat ini masih memberikan banyak kenikmatan kepada kita semua. Yang sampai saat ini masih memberikan kenikmatan yang tiada terhitung kepada kita semua. Betapapun, dengan kenikmatan yang telah Alloh berikan kita masih saja enggan untuk melaksanakan perintah-perintahNya. Betapapun, dengan kenikmatan itu masih saja enggan untuk meninggalkan apa-apa yang telah Alloh larang. Tapi semoga kita selalu berusaha menjadi hamba yang bersyukur. Yang benar-benar bersyukur sebagaimana syukur yang telah dicontohkan oleh Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam.

Aisyah Radhiyallahu anha telah meriwayatkan bahwa Nabi selalu bangun malam untuk menunaikan shalat sampai-sampai kedua kaki beliau bengkak. Maka Aisyah bertanya :
“Mengapa engkau lakukan ini wahai Rasulullah, bukankah ALloh telah mengampuni kesalahan Anda baik yang sudah lampau maupun yang akan dating?” Lalu beliau menjawab :
Afalaa Akuunu ‘Abdan Syakuro?
Salahkah aku jika menjadi hamba yang bersyukur? (HR. Muslim).
Begitulah…Rasulullah mengajarkan kita tentang arti kesyukuran, yaitu dengan cara menambah dan meningkatkan selalu kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allohu ta’ala.

• Salam juga sholawat marilah senantiasa juga kita senandungkan untuk Nabi Mulia…beserta untuk keluarga dan sahabatnya. Yang mana…tidak ada satupun kebaikan di dunia ini yang terlewatkan yang tidak dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Maka sungguh aneh, jika ada seorang yang mengaku mukmin tapi masih saja mencari idola-idola selain Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassallam dan juga para sahabatnya.
Karena sungguh telah sempurna dan paripurna apa-apa yang telah beliau dan para sahabatnya contohkan. Baik bagaimana menjadi seorang bapak, menjadi seorang suami, menjadi seorang panglima perang, menjadi pimpinan Negara, menjadi pengusaha dan sebagainya.

Jamaah sholat jum’at yang berbahagia…
• Tak lupa..khotib ingin mengajak, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh subhana wata’ala. Dengan taqwa yang sebenar-benarnya pula. Yaitu dengan meninggalkan segala apa yang telah Alloh larang. Dan selalu mentaati segala apa-apa yang telah Alloh perintahkan kepada kita.
Atau sebuah definisi taqwa yang telah disampaikan oleh sahabat Ubay bin Ka’ab ketika ditanya oleh Umar bin Khaththab tentang definisi taqwa. Maka Ubay bin Ka’ab menjawab “Apakah anda tidak pernah berjalan di tempat yang penuh duri? Umar menjawab Ya”. Ubay bertanya lagi : Lalu anda berbuat apa?” Jawab Ummar, Ya saya sangat waspada dan bersungguh-sungguh menyelamatkan diri dari duri itu”. Ubay berkata “Begitulah contoh taqwa”.

Jadi begitulah sikap seorang mukmin ketika hendak melakukan sebuah perbuatan dan perkataan, akan sangat berhati-hati dan sungguh-sungguh agar tidak mengundang kemurkaan Allohu ta’ala.

Jamaah sholat jum’at yang dirahmati Alloh..
Kualitas sebuah produk dikatakan baik jika produk tersebut mampu digunakan sesuai dengan tujuan diproduksi. Kualitas sebuah alat misalnya, dikatakan baik dan berkualitas jika mampu digunakan sebagaimana tujuan dia dibuat atau diproduksi.

Jama’ah….begitu juga kualitas manusia, maka dikatakan baik jika dia hidup berfungsi sesuai dengan tujuan dia diciptakan oleh Allohu ta’ala. Maka ketika Alloh bertanya dalam Qur’an Surat AlQiyamah ayat 36 :


Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?

Dalam Surat yang lain Alloh pun kembali bertanya kepada kita (Al-Mu’minun ayat 115) :




Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?

Pertanyaan dari Alloh ini bukanlah sebuah pertanyaan yang harus dijawab. Karena Alloh pun tidak mungkin bertanya karena ketidaktahuan Alloh. Tapi Alloh seakan-akan mengingatkan kepada kita semua. Seakan-akan menyindir kita semua, agar kita mereview kembali langkah-langkah dan kesibukan kita hidup di dunia, SUDAH SESUAIKAH DENGAN TUJUAN KITA DIHIDUPKAN DI DUNIA INI…?

Karena sebagian di antara manusia menganggap bahwa hidup di dunia ini hanyalah kebetulan semata. Dilahirkan dari rahim seorang ibu, menjadi anak-anak hingga dewasa, kemudian hidup sesuai selera masing-masing kemudian mati sebagai akhir sebuah perjalanan kehidupan seseorang. Dan di rentang waktu menunggu kematian itu hanyalah pergulatan mencari nafkah, bekerja dan berkeluarga.

Dan mungkin saja sadar atau tidak, kita terpengaruh oleh paham seperti itu. Hidup hanyalah untuk bekerja. Mencari nafkah dengan sejumlah rutinitas kesibukan kita.
Jika sampai ada pemikiran demikian…masyaAlloh hal tersebut sangat bertentangan sekali dengan logika sehat kita sebagai manusia. Dan ini merupakan bahaya yang besar bagi kita sebagai manusia.

Jama’ah sholat jum’at yang dirahmati Alloh…
Anggap saja bahwa jamaah sekalian merupakan karyawan dari sebuah perusahaan, apakah mungkin anda jauh-jauh datang dari rumah ke kantor perusahaan tanpa tujuan yang jelas?? Hanya untuk datang, duduk-duduk dan kemudian pulang begitu saja??? Padahal perusahaan tempat anda bekerja telah memberikan berbagai fasilitas, kantor yang nyaman, tempat duduk yang enak, meja kursi dan gaji tiap bulan???
Apalagi kita didatangkan, dihidupkan oleh Alloh dengan segala fasilitas lengkap langit dan bumi beserta seluruh isinya yang ada. Apakah mungkin hanya untuk main-main dan kebetulan semata tanpa tujuan?

Hal yang MUSTAHIL.

Dalam Qur’an Surat Adz-Dzariyat : 56 :


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah/mengabdi kepadaKu
Dalam ayat ini Alloh telah menggariskan visi atau tujuan kita diciptakan yaitu hanya untuk BERIBADAH, kepada siapa? Hanya kepada Allohu ta’ala saja. Tidak ada kepada selainNya.
Lalu kemudian ada yang bertanya, apakah kemudian kita hidup hanyalah sholat, dzikir, naik haji dan tidak bekerja atau melaksanakan kegiatan yang lain?
Jamaah…jangan sampai kita mengartikan sempit arti kata ibadah.

Ibadah dalam arti bahasa adalah perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.

Dan menurut istilah syar’i , definisi terbaik dan terlengkap adalah apa yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Dia rahimahullah mengatakan, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Alloh dan diridhaiNya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang Nampak (lahir). Maka sholat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada orang tua, menyambung silaturahim, menepati janji, memerintah yang ma’ruf, melarang dari yang mungkar, berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Qur’an dan lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada Alloh dan Rasulnya, takut kepada Alloh, inabah (kembali taat) kepadaNya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untukNya, bersabar terhadap keputusan takdir Alloh, bersyukur atas nikmat-nikmatNya, merasa ridho terhadap qadha/takdirNya, tawakal kepadaNya,mengharapkan rahmat (kasih sayangNya), merasa takut dari siksaNya dan lain sebagaimanya itu juga termasuk bagian dari ibadah kepada Alloh”.

Jadi ibadah tidak hanya sholat, zakat dan dzikir. Tapi seluruh apa yang kita lakukan yang dipenuhi dengan sikap cinta, harap, patuh, tunduk dan takut serta ridho hanya kepada Alloh itulah ibadah.

Jamaah yang dirahmati ALloh..
Karena pentingnya tujuan yang Alloh tetapkan ini, maka Alloh pun mengutus para Rasul di setiap ummat untuk memberikan penjelasan tentang tujuan penciptaan manusia. Dan setiap Rasul diberikan tugas yang sama yaitu untuk menyuruh manusia menyembah Allohu ta’ala saja, untuk memurnikan ibadah kepada ALlohu ta’ala saja. Alloh berfirman dalam QS. An-Nahl : 36.





Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan) : “sembahlah Alloh saja” dan jauhilah Thogut”…

Di dalam surat ini dijelaskan kembali bahwa tugas Rasul adalah untuk mengingatkan kepada manusia. Seluruh Rasul dari Nabi Adam alaihissalam s/d Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam semua mempunyai tugas yang sama, yaitu memerintahkan manusia agar menyembah Alloh saja dan menjauhi thagut. Apa itu thagut?

Thagut berasal dari kata thaga yang artinya melampaui batas. Atau sederhananya pengertiannya adalah sesembahan yang disembah selain diibadahi selain Allohu ta’ala.

Nabi Ibrahim – membersihkan pengibadahan thd patung2
Nabi Musa – Fir’aun yang mengklaim sebagai Tuhan yaitu yang berhak mengatur ketundukan manusia.


Rasulullah selama 13 tahun juga berdakwah di Makkah untuk mengingatkan hakikat tujuan penciptaan manusia kepada penduduk Makkah. Dan ketika itu bukannya penduduk Makkah tidak mengenal Allohu ta’ala, tapi mereka mengakui adanya Allohu ta’ala tapi di sisi lain mereka mencintai Latta dan Uzza.

Latta dan Uzza dahulu adalah orang-orang sholeh di Makkah. Kemudian setelah meninggal dunia,
- penduduk makkah memuliakan kuburannya, menziarahi dan sebagainya.
- Tidak cukup dengan pergi ke kuburnya atau dengan alasan efisiensi dibuatlah gambarnya
- Lalu tidak puas dengan gambar saja, maka dibuatlah patung yang mirip dengan lata dan uza.
- Demikian sampai puncaknya menjadi kedudukan lata dan uza sebagai tempat bersandar dan meminta pertolongan.

Mereka menyerahkan hak Alloh yaitu memberi rizki, memberi keberuntungan dan mudhorot kepada selain Allohu ta’ala. Hal inilah yang Rasul ingin bersihkan dari penduduk Makkah…
Jamaah yang dirahmati Alloh..
Jadi jika bisa kita simpulkan, tujuan penciptaan manusia yaitu untuk beribadah kepada ALlohu ta’ala semata, membersihkan atau memurnikan ibadah manusia hanya kepada Alloh saja disebut juga dengan tauhid.

Atau dengan kata lain maka bertauhid adalah tujuan kita diciptakan di dunia ini. Untuk itu mari kita cek ulang, segala pola pikir, keyakinan dan perbuatan kita, jangan sampai ternodai oleh kemusyrikan. Terlebih di akhir zaman ini.

Betapa banyak :
1. Sms/broadcast mengandung kesyirikan.
2. Percaya perdukunan.
3. Percaya ramalan-ramalan
4. Tempat-tempat keramat.
5. Bahkan kuburan-kuburan para orang-orang sholeh (tidak ada bedanya dengan Latta dan Uzza)








Alhamdulillahi rabbil ‘alamin washolatu wassalamu ‘ala ashrafil ambiyaai wal mursalin, wa ‘ala alihi washohbihi ajma’in.

Jamaah yang dirahmati Alloh…,
Dalam kesempatan khutbah yang kedua ini, alfakir ingin menyimpulkan dari khutbah yang pertama :

A. Bahwa sekali lagi, tujuan kita diciptakan adalah untuk memurnikan ibadah (ketaatan, kepatuhan, ketundukan, kecintaan, keberharapan) kita kepada Allohu ta’ala saja atau bisa diistilahkan agar kita bertauhid kepada ALlohu ta’ala saja. Ini adalah konsekuensi atas pengakuan kita terhadap Alloh sebagai Tuhan Pencipta kita. Sedangkan dunia beserta isinya ini adalah fasilitas dari Alloh agar kita semakin memurnikan ibadah kita kepada Allohu ta’ala. Bukan sebaliknya…..kita sibuk dengan fasilitas sehingga lupa akan tujuan hidup kita.

B. Jika kita sudah mengetahui demikian, mari menjadikan Tauhid sebagai prioritas kita dalam kehidupan kita, menjadikan pertimbangan dalam setiap hal :
1. Ingin mendidik dan menyekolahkan anak, pertimbangkanlah tauhid.
2. Ingin bekerja, pertimbangkanlah tauhid.
3. Ingin berpolitik, pertimbangkanlah tauhid.
4. Ingin menikah, menikahkan…
5. Ingin apapun, pertimbangkan tauhid

C. Maka ilmu yang paling pertama kita cari/kita utamakan dan pahami di atas ilmu-ilmu yang lain adalah ilmu tentang tauhid, tentang tujuan penciptaan kita. Kita memohon kepada Alloh dengan niat yang ikhlas agar Alloh memberikan hidayah/petunjuk kepada kita agar kita sukses dan berhasil menjadi hamba Alloh dengan sebenarnya.



























Aqimissholah…..!!!
read more...

Senin, 16 November 2015

Warna Yang Berlalu...






Beberapa bulan…terasa cepat berdiam diri. Kepala sesak dijejali aktivitas di ujung telunjuk orang lain atau mungkin karena memang jiwa belum mapan mengendalikan keadaan sesuai keidealan mimpi. Tak terhitung rasa berlalu…tak terhitung hikmah raib begitu saja ditelan lelah…!

Kini ingin kutuangkan beberapa rasa yang masih benar-benar terasa hingga kini. Terasa di benak yang mungkin akan terpahat erat tak beranjak.
Mulai dari detik-detik perginya Ramadhan yang selalu menyisakan sedikit duka…karena belum juga mampu untuk itikaf di ujung senjanya. Masih begitu lekat ingatan…beberapa jama’ah qiyamulail di malam terakhir di Masjid Al Anshor wal Muhajirin menjerit menangis di sela-sela bacaan sang Imam saat itu. Hingga….sesak pula dadaku saat itu turut hanyut dalam keharuan itu……dan pada akhirnya kututup dengan do’a semoga tahun depan ku mampu mengantar Ramadhan dalam keadaan tak terjejali kepentingan rutinitas seperti biasanya…

Segala puji bagi Alloh…di syawal tahun ini…para kekasih hati hadir mengisi dan menghiasi kegembiraan “kemenangan” setelah Ramadhan…
Yang tak tertinggal pula mewarnai hari-hari itu, dialihkannya Kios Amanah dari paman kepadaku…Kios yang sempat menjadi saksi bisu berjuta kenangan perjuanganku saat itu. Yah…perjuangan memenuhi tuntutan cinta dan cita….dan perjuangan menemukan cinta menuju bahtera perjuangan yang baru kala itu. Dan Alhamdulillah…hanya karena pertolongan Alloh dan bermodal niat mampu terwujud..insyaAlloh Kios Amanah menjadi “agen perubahan”..!!

Setelah itu…………………!!?
Ada adegan baru lagi mewarnai…, setelah berdiskusi, memberi argument, menguatkan alasan, menguatkan tekad dan niat…Alhamdulillah babak baru kehidupan untuk berlepas diri dari hidup di ujung telunjuk orang lain pun saya ajukan…!! 9 Oktober 2015 kuajukan Surat Pertama sekaligus Surat Terakhirku yaitu surat perpisahan kepada tempat yang kurang lebih tujuh tahun “memeras peluh” dan “membesarkanku” mengenal dunia…yaitu sejak 28 Oktober 2008. Sedih sebenarnya meninggalkannya, karena terlalu kental warnanya menghiasai kehidupanku selama itu. Baik suka maupun duka, baik kecewa maupun bahagia, baik menyesal maupun berharap dan banyak rasa yang sudah tertulis di sana. Bahkan….sesuatu yang tak pernah tergambarkan pun menoreh di akhir perjalananku di sana! Sesuatu itu seperti pelangi…, indah tapi tak kan mungkin tergapai. Kecuali jika karena Alloh menghendaki…Wallahu ‘alam. Semoga Alloh mengampuni segala lenanya hati……….


Yah…..mungkin masih banyak hati yang bertanya akan kepergianku. Karena lahirnya mungkin aku telah dalam kedekatan yang membahagiakan. Namun tidak pada kenyataannya. Entah subyektif atau emosional tapi memang seperti itu adanya. Aku bagai ikan dalam aquarium yang indah saat itu. Kemudian sesekali ditunjukkan umpan yang menggiurkan agar tetap menghiasai aquarium itu…namun umpan itu ternyata hanya umpan imitasi dari plastic yang tak akan pernah busuk tapi hakekatnya menipu…! Tapi Alhamdulillah…aku masih selalu berusaha bersyukur dengan apa yang bias kunikmati dalam aquarium itu…
Singkat cerita…segala puji hanya bagi Alloh Rabb semesta alam…, kini aku bebas seperti elang di sana. Betapapun belum mampu terbang terlalu tinggi tapi aku terus berharap mampu mengepakkan sayap menembus awan di atas sana…sembari mengucap syukur karena ternyata langit itu luas bagi siapa yang mau menatapnya dan mencoba terbang ke sana.
Semoga bukan tingginya terbangku yang akan menjadikan bangga di dadaku…namun aku berharap tingginya terbangku akan semakin menampar dan menyadarkanku bahwa diri ini kecil dan tiada berdaya di hadapan Rabb yang telah menggelar semesta ini…kemudian mampu terus menundukkan hati di atas ketaatan padaNya. Aamiin.
Karena menurut saya…kesuksesan hakiki adalah sebuah posisi dimana seorang hamba bebas untuk melakukan ketaatan kepada Rabb sejatinya. Artinya semakin sukses harusnya semakin taatlah hamba itu. Anda setuju..??

Yah….itulah rasa..mohon maaf jika anda saat membaca ini sempat melawan dengan argument anda di hati, bahkan tidak terima dengan apa yang saya tuliskan. Jika bersedia balaslah dengan tulisan anda, bukan dengan semata-mata perasaan anda. Karena berbeda dimensi tulisan ini dengan perasaan anda.

Semoga saja tulisan ini mampu sedikit melepas kepenatan yang tiada berujung, karena memang begitulah sifat dunia..penuh dengan kepenatan, baik itu di jalan ketaatan sekalipun. Ambillah yang perlu dan buang jauhlah yang tiada perlu….,!!

Wallahu ‘alam.








read more...

Senin, 18 Mei 2015

Jika Engkau Hadir...







Aromamu telah tercium di mataku..
Tapi apakah benar hanya dengan dua mataku ini...atau
Dengan mata yang ada di dalam dadaku....


Suara langkah kakimu telah terdengar di telingaku
Tapi apakah benar hanya dengan kedua telingaku...atau
Dengan telinga yang ada di dalam hatiku....


Hadirmu...sungguh dinantikan...
Bagi hati yang diliputi obsesi sesaat
Maupun bagi hati yang benar-benar memendam kerinduan
Dan...tercelup dalam bejana semangat taat...

Duhai tamu...
Ada khawatir berlalu lalang dalam jalan benakku
Khawatir tak cukup aku menjamumu....
Karena kerdilku dan lemahku melawan hembusan angin rutin
Yang kemudian menidurkanku dalam hadirmu....

Duhai tamu...
Walau begitu..tetap ingin kunyatakan....
Bahwa dada ini sesak penuh rasa ingin mengungkapkan..
Tentang sebuah cinta dan kerinduan yang teramat dalam
Walau tak sedalam palung samudera...

Duhai tamu...
Kunantikan hadirmu di ujung do'a
Kunantikan berkahmu di setiap harap
Kunantikan syahdumu di tegak kakiku
Agar tepat melangkah memenuhi kata rinduku.....



read more...